Oleh Desy Susilawati
Menurut Data WHO pada 2005,75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan herbal.
Pengobatan dengan menggunakan herbal sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia selama berabad-abad dan diturunkan dari generasi ke generasi. Saat ini, pengobatan dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat makin banyak dilakukan, juga kalangan medis.
Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI), dr Hardhi Pranata, menjelaskan secara umum pengertian herbal medik adalah cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan herbal klasik, yang telah teruji secara ilmiah, yang digunakan dalam upaya promo-tif-preventif kuratif-rehabilitatif, dengan berpedoman pada bukti klinis (evidence-based medicine).
Sedangkan herbal klasik adalah pengetahuan herbal yang berasal dari alam, tumbuhan, hewan dan mineral, yang telah teruji waktu berabad dan berkembang dalam masyarakat secara tradisi, diturunkan dari satu generasi ke lain generasi.
Hal senada dikatakan Ir Kristanto Santosa dari Bussiness Innovation Center (BIC). Herbal medicines (obat herbal) adalah bahan atau ramuan bahan yang dibuat dari biji-bijian, buah, umbi, akar, daun, batang atau bunga tanaman, yang digunakan untuk mengobati dan mencegah penyakit. Obat herbal saat ini digunakan di luar profesi kedokteran.
Ada beragam tanaman herbal. Hardhi menjelaskan, sekarang ini ada 40 ribu spesies tanaman .di dunia. Dari data tersebut, sebagian besar berasal dari Indonesia, atau sekitar 30 ribu spesies, 9.600 berkhasiat obat dan sekitar 400 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
"Data WHO (2005) menyebutkan, sebanyak 75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan herbal," tutur Hardhi pada acara seminar dan ekspo Herbal di Jakarta, beberapa waktu lalu. Sayangnya, lanjut Hardhi, sampai saat ini penelitian herbal Indonesia terbatas pada lingkup laboratorik, praklinis. Uji klinis belum banyak dilakukan. Sampai sekarang hanya ada lima fitofarmaka. Padahal, sumber daya alam yang tersedia berlimpah.
CEO PT Mustika Ratu Tbk, Putri K Wardani menguatkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi. Sebanyak 80 persen tanaman obat berkhasiat tumbuh di daratan Indonesia. Indonesia menduduki posisi kedua Brasil dengan 40.000 spesies tanaman. Dari angka itu, 7.500 merupakan tanaman berkhasiat, 1.845 spesies telah diinventarisasi, 940 spesies telah teridentifikasi, dan 283 spesies terdaftar di Badan POM sebagai bahan jamu. "Bila digabungspesies darat dan laut, Indonesia nomor satu di dunia." lanjut Putri.
Lebih lanjut Hardhi memaparkan, herbal digunakan untuk tindakan promotif, preventif, rehabilitatif, dan paliatif. Sedangkan untuk kuratif herbal hanya sebagai penunjang. Menurutnya, ada berbagai macam herbal yang berpotensi untuk digunakan para dokter, di antaranya imunomodulator yaitu herbal yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, antara lain meniran, lidah buaya, sambiloto, dan temulawak.
Meningkat
Prof Sidik dari Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, menambahkan contoh tanaman yang berkhasiat sebagai obat di antaranya temulawak, manggis, rosela, dan lainnya. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal- temulawak dari empirik jadi obat konvensional. Temulawak dapat mengobati penyakit liver, liver untuk anak-anak, antiplatelet agregasi, penam-bah nafsu makan dan anti piah gigi.
Saat ini, lanjut Hardhi, minat masyarakat dalam menggunakan herbal terus meningkat berdasarkan konsep back to nature. Pasar obat alami Indonesia pun terus meningkat. Pada 2003, mencapai Rp 2,5 triliun, pada 2005 sebesar Rp 4 triliun, dan pada 2010 diperkirakan Rp 8 triliun.
Menguatkan, Sekretaris Dirjen Bina pelayanan Medik Kementerian Kesehatan, dr Sutoto mengatakan, berdasarkan data Hasil Susenas, penggunaan obat herbal dari tahun ke tahun meningkat. Pada 1980, sekitar 19,8 persen, pada 1986 sebanyak 23,3 persen, dan pada 2004 sekitar 32,8 persen. "Pada 2010 ini lebih meningkat lagi," katanya.
Direktur Obat Asli Indonesia Badan Pengawasan Pengelolaan Obat dan Makanan (BPOM), dr Sheriey, mengemukakan, kecenderungan penggunaan obat bahan alam (herbal) oleh masyarakat baik untuk memelihara kesehatan maupun untuk mengobati suatu penyakit cenderung meningkat, baik di negara berkembang, maupun di negara maju.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan perilaku masyarakat dan pergeseran pola penyakit dari infeksi menjadi penyakit degeneratif. Berbagai hasil penelitian mendukung penggunaan obat herbal. "Pengembangan obat bahan alam Indonesia harus berbasis pada mutu, khasiat, dan keamanan yang dapat di-pertanggung jawabkan secara ilmiah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, tutur Sheriey.
Kendala
Sebagian besar produk obat asli Indonesia berupa jamu (empiris), obat herbal terstandar sebanyak 30 produk, dan fitofarmaka ada lima produk. Sheriey mengatakan, agar produk obat bahan alam Indonesia dapat menjadi produk yang diandalkan dan diterima di semua kalangan, serta mampu bersaing secara global, maka mutunya harus ditingkatkan, keamanannya harus dibuktikan, kemanfaatan/khasiatnya harus diteliti dan dibuktikan secara ilmiah.
Kristanto menambahkan, herbal berpotensi besar sebab berdasarkan data WHO sebanyak empat milliar orang penduduk dunia menggunakannya. Di Amerika, bisnis herbal tumbuh 35 persen per tahun (1988 -1997). Kemudian, hampir sepertiga orang Amerika mengkonsumsi herbal. Di Eropa, pasar herbal, yang diklasifikasikan sebagai obat, saat ini senilai 7.4 miliar dolar.
Hardhi menuturkan, ada beberapa kendala penggunaan herbal oleh para dokter, yaitu sistem perundangan kesehatan, belum banyak informasi Khasiat dan keamanan yang melalui uji klinis, belum ada kompetensi pada dokter, kurangnya perlindungan masyarakat terhadap efek plasebo iklan obat berbahan alam, belum terhimpunnya data mengenai obat bahan alam Indonesia berdasarkan pada evidence based, kurangnya koordinasi antarinstitusi dalam penelitian obat bahan alam Indonesia, dan belum ada organisasi profesi kedokteran yang khusus mendalami herbal Indonesia. Hedrcr
source, sumber from http://bataviase.co.id/node/196373
0 komentar:
Posting Komentar